Eden, Arizona – Mormon Ghost Town – Legends of America

Posted on

Eden, Arizona – Mormon Ghost Town – Legends of America

Eden, Arizona – Mormon Ghost Town – Legends of America

Terkubur di lanskap kering dan terpencil Graham County, Arizona, terletak kota hantu yang menghantui bernama Eden. Kota yang dulunya ramai ini, didirikan pada tahun 1881 oleh para pemukim Mormon yang visioner, sekarang berdiri sebagai pengingat yang menyayat hati akan berlalunya waktu dan nasib yang tidak menentu dari kota-kota di perbatasan Amerika. Dengan sejarah yang kaya yang terjalin dengan akar agama, upaya pertanian, dan daya pikat sumber air panas alami, Eden mengundang kita untuk menjelajahi masa lalunya yang penuh teka-teki dan mengungkap kisah-kisah yang terukir di dindingnya yang runtuh.

Genesis Eden: Surga Mormon di Padang Pasir

Nama Eden sendiri memancarkan rasa janji dan harapan, diambil dari Taman Eden di Alkitab Ibrani dan kota dengan nama yang sama di Utah. Para pemukim Mormon, yang didorong oleh keinginan untuk menciptakan masyarakat yang saleh dan makmur, memilih lokasi yang subur ini di Lembah Gila, yang dilintasi oleh sungai Little Colorado yang berkelok-kelok.

Moses Curtis dan William Hawkins, dua pelopor dari Brigham City, merintis jalan bagi permukiman Eden. Pada tahun 1881, mereka dengan berani membeli klaim atas dua bagian seperempat tanah seharga $250, membuka jalan bagi permukiman Mormon di daerah tersebut. Curtis dan Hawkins adalah orang-orang yang sangat bekerja keras dan berdedikasi, dengan cepat memulai tugas membangun komunitas pertanian yang berkelanjutan. Curtis merawat tanah di seberang sungai di utara Smithville, sementara Hawkins dan putra-putra Curtis dengan rajin bekerja membangun kanal dari sungai untuk mengairi tanah mereka.

Pada tahun 1882, usaha mereka membuahkan hasil ketika kanal menyediakan air yang cukup untuk menumbuhkan tanaman kecil. Keberhasilan ini mengilhami lebih banyak keluarga untuk pindah ke daerah tersebut, dan komunitas tersebut mulai tumbuh. Untuk melindungi diri dari potensi serangan penduduk asli Amerika, para pemukim membangun pagar besar dari tiang kayu kapas, yang mencakup beberapa hektar. Pada musim gugur, delapan keluarga telah menetap di Eden, menandai awal yang menjanjikan untuk permukiman Mormon baru.

Awalnya, komunitas itu dikenal sebagai Curtis, untuk menghormati upaya perintis Moses Curtis. Namun, ketika kantor pos didirikan pada tahun 1882, nama kota itu secara resmi diubah menjadi Eden, yang mencerminkan harapan para pemukim untuk menciptakan surga di padang pasir.

Pertumbuhan dan Kemakmuran di Lembah Gila

Reputasi Eden sebagai permukiman Mormon yang menjanjikan dengan cepat menyebar ke seluruh Lembah Gila, menarik lebih banyak anggota Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir untuk pindah ke daerah tersebut. Bersama dengan Eden, permukiman Mormon lainnya, seperti Central dan Thatcher, berkembang pesat, berkontribusi pada pertumbuhan keseluruhan populasi Mormon di lembah tersebut.

Populasi Mormon di Lembah Gila meningkat secara substansial, dari 416 pada tahun 1882 menjadi 836 pada akhir tahun 1883. Pada tahun 1886, populasi lembah telah meledak menjadi 1.647 orang, yang menunjukkan daya tarik keberhasilan upaya pertanian Mormon.

Didorong oleh keinginan untuk memaksimalkan potensi pertanian Lembah Gila, para pemukim Mormon memulai proyek ambisius untuk membangun jaringan kanal. Dengan kerja keras dan tekad, mereka membangun lebih dari 60 mil kanal, berhasil mengairi sekitar 35.000 hektar tanah. Sistem irigasi yang luas ini mengubah Lembah Gila menjadi wilayah pertanian yang berkembang pesat, memastikan mata pencaharian komunitas Mormon dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi kawasan tersebut.

Indian Hot Springs: Oase Relaksasi dan Peremajaan

Tidak jauh dari Eden, sekitar 2,7 mil ke utara, terletak Indian Hot Springs, keajaiban alam yang telah lama dihormati oleh penduduk asli Amerika karena sifat penyembuhannya. Mata air panas ini, yang berasal dari perut bumi, menyediakan oase yang menyegarkan di lanskap gurun yang keras.

Pada akhir 1870-an dan awal 1880-an, potensi komersial Indian Hot Springs diakui, dan mata air itu dikembangkan menjadi properti komersial. Sungai-sungai dialihkan ke kolam, menciptakan tempat yang nyaman dan menarik bagi pengunjung untuk bersantai dan menikmati manfaat terapeutik dari air mineral.

Para prajurit dari Fort Thomas, sebuah pos militer terdekat, sering mengunjungi Indian Hot Springs, mencari istirahat dari kerasnya kehidupan perbatasan. Mereka mendirikan tenda di sekitar kolam, menciptakan lingkungan yang sementara tetapi menyenangkan di mana mereka dapat bersantai dan memulihkan tenaga.

Namun, baru setelah pembangunan Gila Valley, Globe, dan Northern Railway pada tahun 1895, Indian Hot Springs benar-benar mengalami kesuksesan. Kereta api menyediakan transportasi yang nyaman bagi para pengunjung, yang diangkut dari stasiun kereta api di Pima ke mata air dengan panggung. Aksesibilitas baru ini membuka jalan bagi pertumbuhan dan pengembangan Indian Hot Springs yang signifikan.

Pada tahun 1903, pengembangan komersial situs berlanjut dengan pembangunan hotel Victoria tiga lantai yang megah, yang menggantikan pondok tenda sebelumnya. Hotel baru ini menawarkan akomodasi mewah dan pemandangan yang indah, menarik pengunjung dari jauh dan luas.

Pada tahun 1905, Indian Hot Springs membuka kolam renang terbesar di Arizona, berukuran 255 kaki kali 70 kaki. Kolam renang yang luas ini dengan cepat menjadi daya tarik populer, menyediakan tempat yang menyegarkan bagi para pengunjung untuk berenang, bermain, dan menikmati sinar matahari Arizona. Pada tahun 1916, kolam renang itu diperbesar dan disemen, meningkatkan daya tariknya. 1,5 juta galon air mengalir ke kolam renang, bak mandi, dan mandi lumpur, memastikan bahwa para pengunjung memiliki banyak kesempatan untuk menikmati manfaat terapeutik dari mata air panas.

Indian Hot Springs memperoleh reputasi sebagai "Permata di Padang Pasir," menarik wisatawan, orang sakit, dan mereka yang mencari istirahat dan peremajaan. Hotel, kolam renang, dan fasilitas lainnya menyediakan berbagai macam fasilitas dan aktivitas, menjadikan Indian Hot Springs tujuan yang populer selama bertahun-tahun.

Penurunan dan Warisan Eden

Sayangnya, kemakmuran Eden dan Indian Hot Springs tidak berlangsung selamanya. Pada tahun 1966, departemen kesehatan menutup kolam renang Indian Hot Springs karena kualitas airnya dianggap tidak aman. Penutupan ini menandai titik balik bagi resor, yang kemudian mengalami serangkaian perubahan kepemilikan dan masa-masa sulit.

Dalam perkembangan yang menarik, properti Indian Hot Springs pernah dimiliki oleh sekelompok investor, termasuk Mick Jagger dari Rolling Stones. Pada 1970-an dan 1980-an, resor ini menjadi koloni nudis, menarik kaum hippies dan individu yang berpikiran bebas. Kemudian, itu menjadi retret untuk kelompok lingkungan yang disebut Earth First dan kelompok lain yang disebut Ruckus.

Pada tahun 2008, pukulan yang menghancurkan menghantam Indian Hot Springs ketika hotel tiga lantai itu terbakar habis. Kebakaran itu mengakhiri warisan resor yang megah, meninggalkan hanya sisa-sisa kejayaan masa lalunya.

Kota Eden juga mengalami penurunan. Saat perekonomian dan industri Lembah Gila bergeser, Eden kehilangan populasi dan pentingnya. Saat ini, Eden sebagian besar tidak berpenghuni, ditandai oleh bangunan-bangunan terbengkalai yang berfungsi sebagai pengingat yang menghantui dari kejayaan masa lalunya. Toko-toko yang rusak, sebuah gereja yang runtuh, rumah-rumah kosong, dan kantor pos tua berdiri sebagai saksi bisu dari waktu dan nasib yang tidak menentu dari kota-kota perbatasan Amerika.

Meskipun keadaannya saat ini, Eden tetap menarik bagi mereka yang tertarik dengan kota hantu, sejarah, dan kisah-kisah Old West. Sisa-sisa kota yang terlupakan ini menawarkan sekilas masa lalu, mengundang pengunjung untuk membayangkan kehidupan para pemukim Mormon yang dulu menyebut tempat ini rumah.

Saat Anda berjalan melalui jalan-jalan Eden yang sepi, Anda hampir bisa mendengar gema tawa anak-anak, suara roda gerobak, dan nyanyian para penyembah. Kota hantu ini berdiri sebagai peringatan yang menyayat hati tentang keberanian, ketekunan, dan mimpi-mimpi para pionir yang memberanikan diri ke perbatasan Amerika, membangun komunitas dari nol dan meninggalkan warisan yang terus memikat dan menginspirasi.

Eden, Arizona, mungkin menjadi kota hantu, tetapi kisah-kisahnya tetap hidup, terukir di lanskap dan di hati mereka yang berani menjelajahi reruntuhannya.