Pueblo Grande de Nevada – The Lost City – Legends of America

Posted on

Pueblo Grande de Nevada – The Lost City – Legends of America

Pueblo Grande de Nevada – The Lost City – Legends of America

Pueblo Grande de Nevada, yang lebih dikenal sebagai "Kota yang Hilang," adalah kompleks desa yang terletak di dekat Overton, Nevada. Situs yang kaya sejarah ini menyimpan catatan permukiman manusia selama ribuan tahun, mulai dari periode Arkaik hingga kebangkitan dan kejatuhan budaya Puebloan kuno. Mari selami sejarah yang memikat dari Kota yang Hilang dan jelajahi warisan yang ditinggalkannya.

Awal Mula dan Pendudukan

Kota yang Hilang memulai perjalanannya sekitar tahun 300 Masehi, ketika orang-orang Basketmaker, yang dikenal karena keahlian keranjang mereka yang rumit, mendirikan sebuah desa di lembah subur dekat Sungai Lumpur. Seiring berjalannya waktu, kelompok-kelompok lain, termasuk Puebloan Kuno (Anasazi), berimigrasi ke daerah tersebut dan bergabung dengan populasi yang ada. Dari tahun 300 M hingga sekitar 1150 M, Kota yang Hilang berkembang menjadi pusat permukiman yang dinamis, tempat beberapa generasi Anasazi makmur dan beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.

Bukti pendudukan manusia di situs ini dapat ditelusuri lebih jauh ke belakang, hingga 8000 SM. Penemuan menunjukkan bahwa orang-orang nomaden secara berkala mengunjungi wilayah tersebut, mencari perlindungan dan sumber daya di lanskap yang keras. Namun, barulah dengan kedatangan orang-orang Basketmaker Kota yang Hilang mulai terbentuk sebagai komunitas yang permanen.

Budaya Puebloan Kuno

Budaya Puebloan Kuno, juga dikenal sebagai Anasazi, memainkan peran penting dalam membentuk sejarah Kota yang Hilang. Kelompok ini, yang terkait erat dengan budaya Puebloan lain di seluruh Barat Daya Amerika, menunjukkan adaptasi dan ketahanan yang luar biasa dalam menghadapi tantangan lingkungan yang keras.

Antara 1.000 dan 1.050 M, Kota yang Hilang mencapai puncaknya. Selama periode ini, diperkirakan 50 hingga 100 orang menyebut kota itu sebagai rumah mereka. Desa ini terdiri dari sekitar 45 rumah tangga individu, masing-masing berisi "ruang tamu" pusat dengan perapian dan serangkaian ruang penyimpanan yang lebih kecil. Rumah-rumah itu dibangun menggunakan bahan-bahan yang tersedia secara lokal, seperti lumpur dan batu pasir, dan memiliki lantai tanah liat. Tidak ada bangunan yang lebih tinggi dari satu lantai, yang mencerminkan konstruksi yang sederhana namun fungsional dari Puebloan Kuno.

Orang-orang di Kota yang Hilang adalah petani yang terampil, yang menanam jagung, labu, kapas, dan kacang-kacangan di dataran banjir Sungai Lumpur. Mereka juga mengumpulkan sumber makanan tambahan, seperti polong mesquite dan biji amaranth. Untuk memenuhi kebutuhan protein mereka, mereka berburu kelinci dan kura-kura gurun. Sisa-sisa setidaknya 45 individu telah ditemukan terkubur di daerah tersebut, sering disertai dengan barang-barang kuburan seperti mangkuk tembikar, guci, labu air, keranjang, pembungkus kain katun, dan manik-manik pirus atau kerang. Objek-objek ini memberikan wawasan yang berharga tentang keyakinan, praktik, dan kehidupan sehari-hari orang-orang di Kota yang Hilang.

Hubungan dengan Budaya Lain

Budaya Kota yang Hilang tidak terisolasi. Ini menunjukkan kesamaan yang mencolok dengan budaya Puebloan yang lebih terkenal yang ditemukan di wilayah Four Corners di Utah, Colorado, New Mexico, dan Arizona. Budaya-budaya ini mungkin telah berbagi keterampilan, gaya hidup, dan teknologi, tetapi sejauh mana bahasa dan kekerabatan mereka terkait tetap menjadi subjek spekulasi.

Suku Hopi modern di Arizona mengklaim semua orang Puebloan Kuno ini sebagai nenek moyang mereka, menyebut mereka sebagai Hisatsinom, yang berarti "orang dahulu." Perspektif Hopi menekankan hubungan yang dalam antara budaya-budaya ini dan pentingnya melestarikan warisan mereka.

Penemuan dan Penggalian Kembali

Sejarah terdokumentasi daerah Kota yang Hilang dimulai pada tahun 1827, ketika penjelajah Jedediah Smith menemukan artefak selama perjalanannya melalui Nevada selatan. Namun, barulah pada tahun 1867 kompleks Pueblo Grande menjadi perhatian orang kulit putih lainnya. Terlepas dari penemuan-penemuan awal ini, situs tersebut tetap relatif tidak dikenal hingga tahun 1924, ketika John dan Fay Perkins, warga Overton, Nevada, tersandung reruntuhan di dekat kota St. Thomas yang sekarang tenggelam.

Saudara-saudara Perkins menyadari potensi arkeologis situs tersebut dan melaporkannya kepada Gubernur James Scrugham, yang sangat tertarik untuk mengembangkan situs tersebut untuk pariwisata. Atas permintaan Scrugham, arkeolog Mark Raymond Harrington melakukan penggalian pertama di Kota yang Hilang pada tahun 1924. Anggota Korps Konservasi Sipil kemudian membantu Harrington dalam upaya terburu-buru untuk menyelesaikan penggalian sebelum waduk yang terbentuk di belakang Bendungan Hoover menenggelamkan situs tersebut. Penggalian berlanjut secara sporadis dari tahun 1924 hingga 1938, mengungkapkan kekayaan informasi tentang orang-orang yang pernah menyebut Kota yang Hilang sebagai rumah mereka.

"Kota yang Hilang" Lahir

Sebagai hasil dari publikasi dan promosi luas dari penemuan arkeologis awal, situs ini mendapatkan nama yang populer dan agak romantis "Kota yang Hilang." Nama ini memicu imajinasi publik dan dengan cepat menjadi daya tarik wisata.

Penggalian reruntuhan Kota yang Hilang tidak terbatas pada daerah perumahan utama. Di selatan Pantai Overton terdapat tambang garam prasejarah yang dieksplorasi oleh penduduk awal wilayah tersebut. Gua-gua garam ini berfungsi sebagai sumber garam yang berharga untuk persiapan makanan dan perdagangan. Penggalian gua-gua tersebut pada tahun 1925 mengungkap artefak tambahan, termasuk tembikar, klub batu, sandal, dan barang-barang lainnya.

Kehilangan dan Pelestarian

Ketika Bendungan Hoover mendekati penyelesaian, menjadi jelas bahwa waduk yang akan terbentuk di belakang bendungan tersebut pada akhirnya akan menutupi Kota yang Hilang. Menanggapi ancaman yang akan segera terjadi ini, Dinas Taman Nasional, bekerja sama dengan negara bagian Nevada, bergegas untuk memulihkan sebanyak mungkin informasi dari situs-situs yang ditakdirkan tersebut. Arkeolog bekerja hingga menit terakhir, dengan hati-hati mencatat penemuan dan mengumpulkan artefak saat air mulai merembes ke lokasi tersebut.

Terlepas dari hilangnya beberapa situs ke danau, ratusan situs tetap berada di atas air. Selain itu, artefak yang diselamatkan dari Kota yang Hilang menemukan rumah permanen di Museum Arkeologi Kota yang Hilang di Overton, Nevada. Museum ini, yang dibangun pada tahun 1935 oleh anggota Korps Konservasi Sipil, berfungsi sebagai bukti sejarah yang kaya di wilayah tersebut dan memberikan penghormatan kepada orang-orang yang pernah berkembang di Kota yang Hilang.

Mempelajari Kota yang Hilang

Penggalian dan analisis reruntuhan Kota yang Hilang telah memberikan wawasan yang tak ternilai tentang sejarah dan budaya Puebloan Kuno dan kelompok penduduk asli lainnya di Moapa Valley bagian bawah. Arkeolog telah menemukan bahwa Puebloan adalah salah satu dari serangkaian kelompok penduduk asli yang mendiami wilayah tersebut. Orang-orang Basketmaker, yang dikenal karena keterampilan keranjang mereka yang rumit, mendahului Puebloan, membangun rumah-rumah mereka di bawah tanah dalam bentuk rumah pit. Puebloan kemudian memperkenalkan struktur adobe di atas tanah.

Struktur-struktur Kota yang Hilang bukanlah rumah-rumah satu kamar yang sederhana. Mereka seringkali sangat rumit, terdiri dari 20 kamar atau lebih, dengan satu struktur memiliki lebih dari 100 kamar. Arsitektur kompleks ini menunjukkan organisasi sosial dan perkembangan budaya yang canggih dari orang-orang Puebloan.

Dinding yang digali, peralatan, senjata, makanan, dan sisa-sisa kerangka telah memberi para arkeolog dasar untuk mempelajari dan memahami bagian penting dari sejarah penduduk asli Amerika. Seiring berjalannya waktu, orang-orang Puebloan pindah ke daerah tersebut, dan kedua kelompok tersebut hidup berdampingan, sering menggabungkan cara hidup mereka. Alasan penyatuan budaya ini, baik melalui cara damai atau melalui perang, tetap menjadi subjek penyelidikan.

Paiute kemudian tinggal di daerah itu dan menjadi penduduk terakhir sebelum pemukim kulit putih datang ke wilayah tersebut.

Warisan Kota yang Hilang

Kota yang Hilang berdiri sebagai bukti ketahanan, adaptasi, dan warisan budaya Puebloan Kuno dan kelompok penduduk asli lainnya yang pernah berkembang di Nevada selatan. Meskipun banyak dari situs tersebut sekarang tenggelam di bawah Danau Mead, artefak yang diselamatkan dan penelitian arkeologi yang dilakukan selama bertahun-tahun telah memungkinkan kita untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang orang-orang ini dan cara hidup mereka.

Museum Arkeologi Kota yang Hilang berfungsi sebagai pusat penting untuk melestarikan dan menafsirkan sejarah Kota yang Hilang. Melalui pameran, program pendidikan, dan inisiatif penelitian, museum ini memastikan bahwa kisah Kota yang Hilang terus menginspirasi dan mendidik generasi mendatang.

Saat kita merenungkan kisah Kota yang Hilang, kita diingatkan tentang pentingnya melestarikan dan menghormati warisan budaya kita. Dengan mempelajari masa lalu, kita dapat memperoleh wawasan berharga tentang masa kini dan bekerja menuju masa depan yang lebih adil dan berkelanjutan untuk semua.