Watlala Tribe – Legends of America

Posted on

Watlala Tribe – Legends of America

Watlala Tribe – Legends of America

Suku Watlala, juga dikenal sebagai Indian Cascade, adalah suku Chinookan yang mendiami wilayah Cascades di Sungai Columbia dan Willamette di Oregon. Kehidupan mereka terkait erat dengan sungai-sungai yang kuat ini, yang menyediakan sumber daya penting dan membentuk budaya unik mereka.

Lokasi Geografis dan Gaya Hidup

Suku Watlala tinggal di daerah yang strategis secara geografis, di mana Sungai Columbia menerobos Pegunungan Cascade. Lokasi ini memberi mereka akses ke perikanan yang melimpah, terutama salmon, yang merupakan makanan pokok dalam makanan mereka. Sungai juga berfungsi sebagai jalur transportasi utama, memungkinkan mereka untuk berdagang dengan suku-suku lain di wilayah tersebut.

Sebagai orang Chinookan, Watlala berbagi karakteristik budaya yang sama dengan kelompok-kelompok tetangga mereka. Mereka dikenal karena keterampilan mereka dalam membangun kano, yang mereka gunakan untuk memancing, berdagang, dan melakukan perjalanan. Rumah-rumah mereka biasanya berupa rumah panjang yang terbuat dari papan kayu cedar, yang mampu menampung beberapa keluarga.

Perkiraan Populasi dan Identifikasi

Pada tahun 1805-1806, Lewis dan Clark memperkirakan jumlah Watlala sekitar 2.800 orang. Namun, menentukan jumlah pasti mereka terbukti sulit karena adanya suku-suku lain yang tinggal di atau dekat Cascades. Daerah ini adalah tempat memancing yang populer, yang menyebabkan pergerakan orang yang konstan dan mempersulit untuk membedakan kelompok-kelompok yang berbeda.

Selain itu, beberapa kelompok lain yang dikenal, yang mungkin merupakan Watlala atau kemudian bergabung dengan mereka, telah dimasukkan ke dalam suku Watlala. Kelompok-kelompok ini termasuk Cathlakaheckit, Cathlathlala, Cathlayackty, Clahclellah, Katlagakya, dan Yehuh. Variasi dalam nama dan afiliasi ini semakin mempersulit untuk melacak sejarah dan identitas Watlala secara akurat.

Bencana Epidemik dan Konsolidasi

Pada tahun 1829, wilayah tersebut dilanda epidemi dahsyat yang dikenal sebagai "demam ague". Penyakit yang tidak diketahui ini menghancurkan populasi penduduk asli, membunuh sekitar empat perlima dari mereka hanya dalam satu musim panas. Seluruh desa menghilang, dan mereka yang selamat terpaksa bergabung untuk bertahan hidup.

Setelah epidemi, Watlala tampaknya menjadi satu-satunya suku yang tersisa di daerah tersebut. Sisa-sisa suku lain kemungkinan telah bersatu di bawah nama Watlala. Namun, mereka umumnya disebut sebagai Indian Cascade oleh orang kulit putih, yang mencerminkan lokasi geografis mereka yang menonjol.

Penurunan Jumlah dan Perjanjian Wasco

Pada tahun 1854, jumlah Watlala dilaporkan hanya 80 orang. Penurunan yang signifikan ini adalah bukti dampak menghancurkan dari epidemi dan faktor-faktor lain, seperti konflik dan perpindahan. Pada tahun 1855, Watlala bergabung dengan Perjanjian Wasco dengan nama "Band Ki-gal-twal-la dari Wascoes" dan "Band Sungai Anjing dari Wasco". Akibatnya, mereka dipindahkan ke Reservasi Mata Air Hangat di Oregon.

Setelah Perjanjian Wasco, Watlala tidak lagi dihitung secara terpisah. Diyakini bahwa mereka yang tidak bergabung dengan Wasco telah bergabung dengan suku Wishram. Pergeseran ini menandai akhir dari Watlala sebagai suku yang berbeda, karena identitas mereka berasimilasi ke dalam kelompok-kelompok penduduk asli yang lebih besar.

Warisan dan Refleksi

Meskipun keberadaan terpisah mereka telah berakhir, warisan Suku Watlala tetap hidup melalui sejarah dan budaya Chinookan. Kisah mereka berfungsi sebagai pengingat akan ketahanan dan kemampuan beradaptasi masyarakat adat dalam menghadapi tantangan yang signifikan.

Sejarah Watlala juga menyoroti pentingnya memahami dan melestarikan sejarah unik masing-masing suku. Variasi dalam nama, afiliasi, dan catatan populasi menekankan perlunya penelitian dan dokumentasi yang cermat untuk secara akurat merekonstruksi masa lalu.

Dengan mempelajari kisah Suku Watlala, kita dapat memperoleh wawasan yang lebih dalam tentang pengalaman masyarakat adat di Pasifik Barat Laut dan kompleksitas sejarah mereka. Kisah mereka adalah bukti ketahanan, kemampuan beradaptasi, dan pentingnya melestarikan warisan budaya bagi generasi mendatang.