Peabody, Massachusetts – Legends of America

Posted on

Peabody, Massachusetts – Legends of America

Peabody, Massachusetts – Legends of America

Peabody, Massachusetts, sebuah kota satelit dari Salem yang bersejarah, memancarkan pesona khas New England yang kaya dengan warisan dan perkembangan modern. Terletak hanya beberapa mil di barat laut pusat kota Salem, dan selatan Danvers, kota ini memiliki sejarah yang beragam, mulai dari akarnya sebagai komunitas pertanian hingga menjadi pusat industri kulit terkemuka dunia. Mari selami sejarah, karakteristik, dan daya tarik yang mendefinisikan Peabody.

Awal Mula dan Pembentukan

Peabody berawal dari sebuah permukiman pada sekitar tahun 1626 dan awalnya dikenal dengan beberapa nama, termasuk Northfields, Salem Farms, dan Brooksby. Permukiman awal ini bertepatan dengan permukiman Salem, dan selama lebih dari satu abad, Peabody tetap menjadi bagian integral dari kota yang lebih besar. Awalnya, komunitas ini tumbuh subur sebagai pusat pertanian, memanfaatkan lahan subur dan sumber daya alam.

Namun, nasib Peabody bergeser ketika para pemukim awal menjalin hubungan perdagangan dengan penduduk asli Amerika. Mereka menemukan bahwa penduduk asli telah lama menguasai seni produksi kulit di wilayah tersebut. Terinspirasi oleh penemuan ini, para pemukim mulai memanfaatkan pasokan air tawar yang melimpah di daerah tersebut untuk proses penyamakan.

Pada tahun 1752, daerah tersebut dipisahkan dari Salem dan dimasukkan sebagai bagian dari Danvers, yang dulunya dikenal sebagai Salem Village. Selama periode ini, Peabody biasanya disebut sebagai "Paroki Selatan", yang menyoroti hubungannya dengan gereja yang terletak di pusat kota, sekarang dikenal sebagai Peabody Square.

Histeria Penyihir Salem: Bab yang Menghantui

Sejarah Peabody secara tak terpisahkan terjalin dengan Histeria Penyihir Salem yang terkenal pada tahun 1692. Di antara penduduk awal kota itu, tiga tokoh tragis – Giles Corey, Martha Corey, dan John Proctor – menjadi korban dari tuduhan yang tidak masuk akal dan pengadilan yang salah.

Giles Corey, pemilik tanah yang signifikan di wilayah yang sekarang merupakan Pine Street, menghadapi kematian mengerikan karena ditekan dengan batu setelah menolak untuk mengajukan pembelaan atas tuduhan sihir. Istrinya, Martha Corey, juga menderita nasib yang sama dan dieksekusi dengan digantung karena diduga melakukan sihir. Kuburan Giles dan Martha Corey menjadi pengingat yang menghantui dari bab kelam dalam sejarah Peabody, terletak di dekat tanah air asli mereka di tepi Crystal Lake di West Peabody.

John Proctor, penentang awal perburuan penyihir, juga menjadi korban histeria itu. Seperti Giles Corey, Proctor memiliki sebuah pertanian besar di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Peabody. Rumahnya, yang masih berdiri hingga saat ini, menjadi bukti kehidupan dan masa-masa yang penuh gejolak yang ia alami. John dan istrinya, Elizabeth Bassett Proctor, dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman gantung. Meskipun John menjalani hukumannya pada 19 Agustus 1692, Elizabeth menerima penangguhan hukuman karena kehamilannya. Kemudian, ia dibebaskan, dan memulai hidup baru dengan menikah lagi.

Keluarga Proctor juga mengalami dampak yang menghancurkan dari histeria penyihir. Anak-anak mereka, Sarah dan William Proctor, dan putra tertua John, Benjamin Proctor, dari pernikahan sebelumnya, semuanya dituduh melakukan sihir. Lebih jauh lagi, Mary Warren, seorang pelayan yang tinggal di rumah keluarga Proctor, menjadi salah satu yang disebut "gadis yang menderita", yang semakin menambah drama dan ketidakadilan pengadilan penyihir.

Rumah John Proctor, yang terletak di 348 Lowell Street, tetap menjadi milik pribadi. Sebuah sungai, yang dikenal sebagai Proctor Brook, mengalir di belakang properti tersebut, berfungsi sebagai pengingat yang menghantui dari masa lalu yang penuh gejolak yang dialami rumah tersebut.

Kebangkitan Industri Kulit

Pada tahun 1770, industri pembuatan kulit telah berkembang pesat di kota yang sedang berkembang, menyiapkan panggung untuk perubahan transformatif. Lokasi geografis Peabody, yang dikaruniai dengan sungai dan sungai, terbukti sangat menguntungkan bagi industri kulit. Sungai-sungai ini menyediakan tenaga air yang penting untuk mengoperasikan pabrik-pabrik yang memproses kulit.

Pada tahun 1855, komunitas ini secara resmi berpisah dari Danvers dan menjadi kota South Danvers. Pada saat itu, kota itu menjadi rumah bagi 27 tempat penyamakan dan 24 tempat pengerjaan kulit, yang semakin memperkuat posisinya sebagai pusat industri kulit.

Perang Saudara Amerika menimbulkan kemunduran sementara bagi industri penyamakan, yang menyebabkan depresi ekonomi. Namun, setelah berakhirnya Perang Pemberontakan, industri kulit mengalami kebangkitan kembali, memacu pertumbuhan dan kemakmuran lebih lanjut di Peabody.

Pada tahun 1868, kota itu secara resmi mengubah namanya dari South Danvers menjadi Peabody sebagai penghormatan kepada George Peabody, seorang dermawan terhormat yang memberikan kontribusi besar bagi masyarakat. Sumbangan George Peabody termasuk pendirian Perpustakaan Institut Peabody, yang masih berdiri hingga saat ini sebagai lembaga budaya yang disayangi.

Pada tahun 1870, produksi kulit melonjak ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, menjadikan Peabody sebagai salah satu produsen kulit terkemuka di wilayah tersebut. Kota ini mendapatkan pengakuan sebagai "Kota Tanner" karena keberhasilan dan keahliannya yang luar biasa dalam pembuatan kulit.

A. C. Lawrence Leather Company: Pusat Industri Global

Pada tahun 1894, Arthur C. Lawrence mendirikan A. C. Lawrence Leather Company, yang mengantarkan era pertumbuhan dan keunggulan industri yang belum pernah terjadi sebelumnya. Perusahaan tersebut mempekerjakan ribuan pekerja dan dengan cepat menjadi produsen kulit anak sapi dan kulit domba terbesar di dunia, yang selanjutnya memperkuat posisi Peabody dalam sejarah.

Pada pergantian abad ke-20, banyak produsen yang beroperasi di Peabody menarik tenaga kerja yang beragam, termasuk imigran dari 21 negara yang berbeda. Banjir imigran ini mengubah demografi kota dan berkontribusi pada lanskap budaya yang semarak.

Pada tahun 1914, Peabody dan Philadelphia, Pennsylvania, menjadi kota penghasil kulit terbesar di Pantai Timur. Namun, pada tahun 1918, Peabody mencapai puncak kejayaan industri, mendapatkan pengakuan luas sebagai produsen kulit terbesar di dunia. Kota ini dengan bangga dikenal sebagai "Kota Kulit", yang mencerminkan dominasinya dalam industri tersebut. Pada saat itu, ada 91 perusahaan yang didedikasikan untuk produksi dan pengolahan kulit di Peabody.

Tragedi dan Perubahan: Kebakaran Sekolah Katolik St. Johns

Pada tahun 1915, Peabody menghadapi tragedi yang menghancurkan yang meninggalkan bekas luka abadi di masyarakat. Pada pagi hari tanggal 28 Oktober, kebakaran terjadi di Sekolah Katolik St. Johns di Chestnut Street. Api, yang diyakini disebabkan oleh pembakaran, menyebar dengan cepat ke seluruh sekolah bata dan kayu tiga lantai itu.

Ketika api melalap gedung itu, para guru dengan cepat bertindak untuk membawa 600 anak keluar dari gedung. Namun, kurangnya tangga darurat memperparah situasi yang mengerikan. Dalam waktu kurang dari lima menit, api sepenuhnya melalap gedung itu, yang mengakibatkan kematian tragis 21 anak perempuan, berusia antara 7 dan 17 tahun. Para gadis-gadis itu tewas terbakar atau terhimpit saat mencoba melarikan diri dari api yang mengamuk.

Sebagai tanggapan atas tragedi itu, Peabody menjadi kota pertama yang mengeluarkan undang-undang yang mengharuskan semua pintu masuk dan keluar di gedung-gedung publik untuk memiliki mekanisme buka-dorong daripada gagang atau kenop. Undang-undang ini bertujuan untuk meningkatkan keselamatan dan memastikan evakuasi cepat selama keadaan darurat.

Penurunan Industri Kulit dan Diversifikasi Ekonomi

Tempat penyamakan yang berjejer di Walnut Street di Peabody terus beroperasi secara produktif hingga paruh kedua abad ke-20. Namun, kekhawatiran yang berkembang tentang bahan kimia berbahaya dan dampaknya terhadap pasokan air dan kesehatan pekerja kulit menyebabkan perubahan.

Untuk mengatasi kekhawatiran ini, fasilitas manufaktur harus menjalani peningkatan yang signifikan untuk memenuhi standar lingkungan baru yang mahal. Akibatnya, pabrik dan pabrik mulai tutup secara bertahap, dan pada tahun 1970-an, sebagian besar perusahaan yang tersisa telah memindahkan operasinya ke luar negeri.

Saat ini, hanya satu tempat penyamakan kulit yang masih beroperasi di Peabody, tetapi kota ini tetap dikenal secara lokal sebagai Kota Kulit atau Kota Tanner. Maskot Sekolah Menengah Atas Memorial Veteran Peabody, "Tanners", berfungsi sebagai pengingat abadi warisan industri kota.

Meskipun hilangnya industri penyamakan memiliki dampak yang signifikan terhadap ekonomi Peabody, kota ini telah secara aktif mengejar bentuk-bentuk pengembangan ekonomi lainnya untuk mengkompensasi erosi basis industrinya. Diversifikasi ini telah memungkinkan Peabody untuk beradaptasi dan berkembang dalam lanskap ekonomi yang berubah.

Peabody Saat Ini: Keanekaragaman, Keindahan Alam, dan Pesona Sejarah

Saat ini, Peabody merayakan keanekaragamannya, keindahan alamnya, dan fasilitas sejarah dan budayanya. Kota ini merupakan rumah bagi sekitar 53.000 orang, menawarkan lingkungan yang ramah dan berkembang bagi penduduk dan pengunjung.

Lokasi Peabody yang strategis, yang terletak hanya dua mil di barat laut pusat kota Salem dan sekitar lima mil di selatan Danvers, menyediakan akses mudah ke pusat-pusat budaya dan kesempatan rekreasi di wilayah Greater Boston.

Kesimpulan

Sejarah Peabody, Massachusetts, merupakan bukti ketahanan, inovasi, dan kemampuan beradaptasi masyarakat. Dari permulaannya yang sederhana sebagai komunitas pertanian hingga kebangkitannya sebagai pusat industri kulit global, Peabody telah melewati pasang surut, mengatasi tantangan, dan merangkul peluang. Warisan kota yang kaya, lanskap yang indah, dan semangat komunitas yang berkembang terus memikat dan menginspirasi, memastikan bahwa Peabody tetap menjadi tujuan yang disayangi dan tempat yang menyenangkan untuk disebut rumah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *