Salisbury, Massachusetts – Legends of America

Posted on

Salisbury, Massachusetts – Legends of America

Salisbury, Massachusetts – Legends of America

Salisbury, Massachusetts, sebuah kota yang terletak di tepi Samudra Atlantik, di sebelah utara Boston, di Essex County, adalah permadani sejarah yang kaya yang ditenun dari benang budaya penduduk asli Amerika, permukiman kolonial, dan kemakmuran tepi pantai. Dengan sejarah yang berasal dari abad ke-17, Salisbury menawarkan perpaduan unik antara pesona dunia lama dan daya tarik modern, mengundang pengunjung untuk menjelajahi lanskapnya yang beragam dan mengungkap kisah-kisah yang membentuk identitasnya.

Awal Mula Penduduk Asli Amerika dan Masa Kolonial

Sebelum kedatangan pemukim Eropa, wilayah yang sekarang dikenal sebagai Salisbury dihuni oleh suku Pentucket dari Bangsa Indian Pennacook. Masyarakat adat ini menghargai tanah tersebut, bergantung padanya untuk penghidupan dan keberlanjutan. Kehadiran mereka tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah Salisbury, mengingatkan kita akan warisan yang mendahului permukiman kolonial.

Pada tanggal 6 September 1638, Simon Bradstreet, sekretaris Koloni Teluk Massachusetts, diberikan hak untuk memulai perkebunan di utara Sungai Merrimack. Hibah tanah yang signifikan ini diberikan kepada Bradstreet dan sebelas pria lainnya, yang menandai awal dari babak baru dalam sejarah wilayah tersebut. Perkebunan yang luas ini meliputi wilayah yang sekarang terdiri dari kota Amesbury dan Merrimack di Massachusetts, serta kota Seabrook, South Hampton, Newton, Hampstead, Plaistow, dan Kingston di New Hampshire.

Permukiman itu awalnya bernama Colchester, tetapi setahun kemudian, setelah digabungkan, namanya diubah menjadi Salisbury, untuk menghormati Salisbury di Wiltshire, Inggris. Nama baru itu mencerminkan akar dan aspirasi pemukim, yang berusaha untuk membangun komunitas yang berkembang di alam liar Amerika.

Untuk memastikan keadilan dan pemerataan, penduduk asli Salisbury dialokasikan sebidang tanah di dekat pusat kota, tempat mereka dapat membangun rumah. Selain itu, mereka menerima sebidang tanah yang lebih besar di luar pusat untuk pertanian. Keluarga juga memiliki bagian yang signifikan dari "bidang sapuan" di dekat pantai, tempat mereka memanen jerami rawa garam, sumber daya yang berharga untuk ternak dan keperluan lainnya.

Jalan-jalan asli di pusat kota membentuk setengah lingkaran yang ringkas, yang dirancang untuk memungkinkan penduduk mencapai rumah garnisun dengan cepat jika terjadi serangan Indian. Para pemukim menyadari potensi bahaya dan mengambil tindakan pencegahan untuk melindungi diri mereka sendiri. Salah satu ketakutan terbesar pada saat itu adalah suku Indian Naumkeag, yang dianggap sebagai ancaman bagi komunitas tersebut. Akibatnya, para pria kota itu bergiliran berjaga-jaga terhadap serangan mendadak, terutama di malam hari. Namun, suku Naumkeag telah hancur oleh wabah, dan ancaman yang mereka timbulkan tidak separah yang dikhawatirkan para pemukim.

Ancaman lain yang dihadapi pemukim adalah serigala, yang berlimpah dan sering membunuh ternak. Hewan-hewan buas ini menimbulkan tantangan yang signifikan bagi mata pencaharian pemukim, dan upaya dilakukan untuk mengendalikan populasi mereka dan melindungi ternak.

Susannah North Martin dan Uji Coba Penyihir Salem

Di antara keluarga pendiri permukiman itu adalah Richard dan Ursula North, yang telah berimigrasi dari Inggris bersama anak-anak mereka. Pada tahun 1639, mereka tinggal bersama pemukim lain di sebidang tanah di sepanjang "jalan melingkar" di pusat desa. Putri Richard dari pernikahan pertamanya adalah Susannah North Martin, seorang wanita yang akan menjadi korban terkenal dari Uji Coba Penyihir Salem yang terkenal pada tahun 1692.

Pada saat tuduhannya, Susannah tinggal di Amesbury. Namun, seorang penduduk Salisbury lainnya, Robert Pike, memainkan peran penting dalam persidangannya. Pike adalah tokoh terkemuka di Salisbury, memegang berbagai posisi politik selama bertahun-tahun. Ia bertanggung jawab untuk mencatat sebagian besar kesaksian terhadap Susannah North Martin, yang kemudian dieksekusi karena sihir pada 19 Juli 1692.

Ironisnya, ketika tuduhan diajukan terhadap Mary Perkins Bradbury, yang putranya menikah dengan putri Pike, Robert Pike menjadi penentang vokal seluruh urusan itu. Pada Agustus 1692, ia menulis surat kuat kepada Hakim Jonathan Corwin, menyerang bukti spektral, yang digunakan untuk menghukum Susannah North Martin dan orang lain. Pike berpendapat bahwa selama bukti spektral diizinkan di pengadilan, "Iblis adalah penuduh dan saksi," yang menggarisbawahi bahaya menerima kesaksian gaib sebagai bukti yang tidak dapat disangkal.

Pertumbuhan dan Kemakmuran Pasca-Penyihir

Setelah Uji Coba Penyihir Salem, Salisbury terus tumbuh dan makmur, memanfaatkan pertanian dataran tinggi, pembuatan kapal, dan posisinya di jalur perdagangan darat utama ke utara. Pertanian memberikan hasil yang melimpah, dan pembuatan kapal menjadi industri yang signifikan, memanfaatkan lokasi tepi laut kota. Lokasi Salisbury di jalur perdagangan memfasilitasi pertukaran barang dan ide, berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi dan budaya.

Pada tahun 1866, Jalan Pantai dibangun melintasi Rawa Besar, menyediakan akses ke pantai kota yang masih alami sepanjang lima mil. Pengembangan ini menandai titik balik dalam sejarah Salisbury, mengubahnya menjadi tujuan resor musim panas yang berkembang pesat. Hotel, restoran, toko, pondok, arcade, dan taman hiburan bermunculan di sepanjang pantai, menarik wisatawan dari dekat dan jauh.

Sekitar tahun 1900, Ocean Echo dibangun di Pantai Salisbury di ujung Broadway. Bangunan yang mengesankan ini adalah paviliun dansa besar yang dibangun di atas pilon kayu tepat di atas pantai dan laut. Sayangnya, Ocean Echo hancur akibat kebakaran pada Januari 1920, setelah seorang pembakar membakarnya. Setahun kemudian, Ocean Echo dibangun kembali dan beroperasi hingga tahun 1937, ketika dilelang dan kemudian diubah menjadi tempat musik baru bernama Frolics.

Daya tarik lain di Pantai Salisbury adalah korsel bernama The Flying Horses, yang diukir dengan tangan oleh Charles I. D. Looff pada tahun 1914. Korsel yang indah ini menjadi daya tarik yang digemari, menyenangkan pengunjung dari segala usia. John Miller membangun The Sky Rocket, roller coaster pertama di pantai, menambahkan sensasi dan kegembiraan ke pemandangan tepi pantai.

Dodgem ride, awalnya dibangun oleh Max dan Harold Stoeher dari Methuen, beroperasi di Pantai Salisbury dalam satu atau lain bentuk dari tahun 1920 hingga 1980. Wahana yang menyenangkan ini menjadi perlengkapan pantai, memberikan hiburan selama beberapa generasi.

Pantai Salisbury juga menyelenggarakan konser oleh penghibur utama, termasuk Glenn Miller, Ella Fitzgerald, Louis Armstrong, Frank Sinatra, dan Liberace. Bintang-bintang musik ini menarik banyak penonton, memantapkan Pantai Salisbury sebagai tujuan utama hiburan.

Penurunan dan Kebangkitan

Sayangnya, sebagian besar bangunan bersejarah di Pantai Salisbury hancur akibat kebakaran pada awal abad ke-20. Bencana ini menimbulkan kerugian besar bagi komunitas tersebut, tetapi semangat Salisbury tetap tak terpatahkan. Resor ini tetap ramai hingga tahun 1960-an, kemudian secara bertahap memudar. WildCat, roller coaster terakhir, diratakan pada tahun 1976, menandai akhir dari sebuah era. Taman Hiburan Bajak Laut, taman hiburan kecil terakhir, ditutup pada tahun 2004 untuk digantikan dengan kondominium. Bangunan lain dirobohkan untuk membuka jalan bagi Taman Negara Bagian Pantai Salisbury.

Saat ini, Salisbury sangat beragam secara geografis, meliputi enam belas mil persegi lahan pertanian, pantai, rawa, serta ruang hunian dan komersial. Lanskap kota yang beragam ini memberikan kesempatan unik untuk rekreasi, relaksasi, dan pertumbuhan ekonomi.

Salisbury sekarang mendukung lingkungan rumah antik yang dipugar dan bisnis kelautan tepi sungai, memamerkan warisan maritim kota itu. Dengan populasi sekitar 8.300 orang, Salisbury menawarkan rasa komunitas yang kuat dan kualitas hidup yang nyaman.

Warisan yang Berkelanjutan

Sejarah Salisbury yang kaya dan beragam terus membentuk identitasnya saat ini. Dari akarnya sebagai tanah air penduduk asli Amerika hingga permukiman kolonial dan kemakmuran tepi pantai, Salisbury telah mengalami banyak perubahan sepanjang sejarahnya. Terlepas dari tantangan dan kemunduran, Salisbury telah muncul sebagai komunitas yang tangguh dan dinamis, menghargai masa lalu sambil merangkul masa depan.

Saat pengunjung menjelajahi Salisbury, mereka dapat menyaksikan perpaduan sejarah dan modernitas. Rumah-rumah antik yang dipugar berdiri sebagai bukti warisan kota, sementara bisnis dan atraksi modern memenuhi kebutuhan penduduk dan wisatawan. Pantai, rawa, dan lahan pertanian yang luas menawarkan kesempatan untuk rekreasi luar ruangan dan penghargaan terhadap keindahan alam.

Salisbury, Massachusetts, adalah kota yang mengundang eksplorasi dan penemuan. Sejarahnya, lanskapnya yang beragam, dan rasa komunitasnya yang kuat menjadikannya tujuan yang menarik bagi siapa pun yang tertarik untuk merasakan pesona New England.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *